Minggu, 21 November 2010

impian dan harapan saya.

terkadang semua kesuksesan itu ga selalu dalam 1 tujuan yang harus di jalanin..
tpi dalam sisi hal kita butuh 1 hal penglaman yang penting dalam momen hidup kita..

impian : Bisa dibilang dalam prinsip saya sendiri adalah ya pasti nya itu impian semua orang untuk menjadi sukses...
tpi ga ada yang lebih sempurna klo kesuksesan itu dirasakan sekejab tanpa pengalaman pribadi...
ibarat semua yang harus di lakukan tidak usah terburu" atau terlalu memaksakan..
but (pelan tapi pasti ) (santai pasti menjadi kenyataan.) semua itu tidak ada yang tidak mungkin karena tuhan sudah memberikan rejeki nya masing " tinggal kita yang mengatur semuanya . karena kemauan tujuan.komitmen.adalah kunci dari kesuksan yang di capai..!

harapan~ :

harapan yang saya inginin adalah  ( shabat / teman ) karena klo tidak ada mereka di dunia ini saya tidak ada apa apanya... bahkan tidak bisa apa - apa karena teman dan sahabat adalah pendoman untuk saling gotong royong dalam hidup kita masing" bagi saya juga.
dan 1 hal klo tidak ada teman dan shabat siapa yang nanti untuk membatu kita siapa yang nanti akn memberi semngat kita..!
yang jelas semoga harpan yang saya ingin kan menjadi orang yang sukses dan bisa membatu orang yang membutuhkan & harapan saya jg semoga tujuan" dan impian teman atau shabat saya menjadi orang yang berguna di mata bangsa kita dan orang di sktitar kita..!!
trima kasih

ciri manusia dan tanggung jawab

Manusia dan Tanggung Jawab

  1. A. Pengertian Tanggung Jawab
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik, atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian dan pengirbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  1. B. Macam-macam Tanggung Jawab
    1. a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri menunrut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusisa mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri angan angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan angan angan masnusia berbuat dan bertindak.
  1. b. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri , ayah ibu dan anak anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkun nama baik keluarga tapi ketangung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan
  1. c. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanoa bantuan omanusia lain, sesua dengan kedudukannya sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga mdengan demikian manusia disisni merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agat dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat lkau dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
  1. d. Tanggung jawab kepada Bangsa/Negeri
Bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, ertingkah laku manusia terikat oleh norma norma atau ukuran ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
  1. e. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lpas daei hukuman hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suco melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman hukuman  tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika perungatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraikan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah perintah Tuhan. Berarti menginggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia harus berkorban.
  1. C. Pengabdian dan Pengorbanan
    1. a. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagi perwujudan kesetiaan, cinta, kasih saying, hormat atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.Pengabdia it pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan hal itu berarti dia mengabdi kepad keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari hari itu bukan pengabdian tapi hanya bantuan saja.
  1. b. Pengorbanan
Berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menytakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasahn yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadara moral yang tulus ikhlash semata mata.
pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kothbah agama dari kisag para tokoh agama atu nabi manusia memperoleh tauladan. Bagaimana semestinya wajib berkorban
Diambil dari MKDU Ilmu Budaya Dasar- Widyo Nugroho,

Sabtu, 20 November 2010

konsep ilmu budaya dasar dalam kemanusiaan

Konsep Ilmu Budaya Dasar dalam kemanusiaan


Post a comment
IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus.
Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umunmya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya tennasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, clan. sebaginya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pemyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada haketnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.
Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dart MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahti-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya.
Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dart disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
A. Pendekatan Kesusastraan.
IBD dinamakan Basic Humanities,berasal dari basaha inggrisa The Humanities,dan bahasa latin Humanus yang berarti manusia,berbudaya,dan halus. Maka dengan mempelajari The Humanities orang akan menjadi lebih manusiawi,berbudaya dan halus.
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi,namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih,kebahagian,kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat.
B. IBD Yang dihubungkan Prosa.
Prosa kadang disebut naratis fiction,prose fiction atau fiction saja,dalam bahasa Indonesia dterjemahkan sebagai cerita rekaan dan diartikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran,lakuan,peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Dalam kesusastraan kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
Prosa lama meliputi :
* Dongeng : Cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi.
* Hikayat : Cerita pelipur lara yang sulit diterima akal,merupakan cerita rekaan,namun memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.
* Sejarah : Kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan.
* Epos.
* Cerita Pelipur Lara.
Prosa baru Meliputi :
* Cerpen : Suatu bentuk prosa naratif fiktif,cenderung padat dan langsung pada tujuannya,mengandalkan teknik teknik sastra seperti tokoh,plot,tema bahasa dan insight.
* Novel : Karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,biasanya berbentuk cerita.
* Biografi : Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
* Kisah : Satuan naratif yang seringkali dibedakan dari cerita,seperti “Kisah Abdullah dari Singapura ke Kelantan”.
* Otobiografi : Biografi yang ditulis oleh subyeknya (dikarang bersama dengan penulis lain disebutkan sebagai “sebagaimana” atau “dengan”).
C. Nilai-nilai dalam prosa fiksi.
Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan.
* Keistimewaanya pembaca dapat pengalaman seperti mengalami sendiri peristiwa tersebut.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
* Fiksi memberi informasi sejenis yang tidak ada di ensiklopedia
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
* Prosa fiksi mentimulasi imaginasi,sarana bagi pemindahan,dan merupakan warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
* Dengan prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan dengan pengalamannya bersama individu lain.
Berkenaan dengan moral,karya sastra dibagi dua,yaitu :
1. Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamanya,mengajak pembaca mengikuti yang dikehendaki zamannya.
2. Karya sastra yang menyuarakan gejolak zammannya,Mengajak pembaca untuk merenung.
D. IBD Yang dihubungkan Dengan Puisi
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia,alam dan Tuhan melalui media bahasa artistik/estetik yang padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan,keartistikan/keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreatifitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa gaya personifikasi,metafora,perbandingan alegori,sehingga puisi menarik.
2. Kata-kata yang ambiquitas,yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
3. Kata-kata yang berjiwa,yaitu kata-kata yang sudah berisi suasana tertentu,berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
4. Kata yang berkonotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi nilai-nilai,rasa,dan asosiasi-asosiasi tertentu.
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
* Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan“. Pendekatan pada pengalaman perwakilan dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut ” Imaginative Entry “.
2. Puisi dan Keinsyafan / Kesadaran Individual
* Dengan puisi mahasiswa dapat menjenguk hati/pikiran manusia,baik diri sendiri maupun orang lain.
3. Puisi dan keinsyafan sosial.
* Puisi memberitahukan manusia sebagai mahluk sosial yang terlibat dalam isue dan problem sosial.
Secara imajinatif puisi menafsirkan situasi dasar manusia sosial berupa :
* Penderitaan atas ketidakadilan.
* perjuangan untuk kekuasaan.
* Konflik dengan sesamanya.
* Pemberontakan kepada hukumTuhan.
Puisi sarat akan nilai etika,estetika dan kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi adalah Cinta Kasih yang didalamnya terdapat kasih sayang,cinta,kemesraan dan renungan.

Selasa, 09 November 2010

cerita anak bangsa~

TIDAK SEMUANYA ANAK JALANAN MALAS

Suatu hari aku bermobil dengan beberapa teman. Di hampir setiap perempatan yang dilewati selalu ada sekumpulan orang. Mereka itu ngamen, ngemis, bawa bulu-bulu untuk membersihkan kaca mobil, jual koran, dsb. Kayaknya itu sudah menjadi pemandangan biasa di jalanan.

Di salah satu perempatan, ketika berhenti karena lampu lagi merah, seorang teman tiba-tiba berkomentar,

“Orang-orang itu malas banget. Mestinya mereka bisa bekerja dengan lumrah, bukannya malas-malasan ngemis dan nodongin orang.”

Komentar yang juga lumrah. Mereka itu tampak sehat walaupun dekil. Spontan aku turunkan kaca mobil. Kupanggil salah satu anak yang lagi mendekat membawa ecek-ecek dari tutup botol.

“Bang, temenku ini mau omong,” panggilku.

Temanku kaget. Pandangan melotot mengandung ancaman diarahkan kepadaku. Tetapi, dia mengulang celutukannya tadi. Dengan kalimat yang lebih sopan, tentunya. Si anak remaja itu dengan tenang mengulurkan tangan tertadah ke dalam mobil dan berkata,

“Kalau Oom bisa memberi saya pekerjaan…apa pun…cabutin rumput, ngurusin sampah, bersihin wc…akan saya kerjakan, Oom.”

Di depan, lampu hijau menyala. Tidak ada waktu lagi buat ngobrol, diskusi, atau pun rapat. Kuletakkan dua logam limaratusan di tangannya sembari pamit dan cabut.

Sambil mengemudi, kurasakan kata-kata si remaja tadi menghantami benakku. Betapa sering aku sendiri menggeneralisasi orang-orang ini. Berada di jalanan berarti malas, tidak mau cari pekerjaan yang layak, tidak mau kerja keras, memilih cara yang gampang untuk cari duit, dst. Vonis yang kayaknya terlalu pagi. Bisa jadi dari antara mereka memang ada yang seperti itu. Tapi, mestinya ada juga orang-orang yang sudah berusaha – dengan cara mereka – dan selalu ketemu jalan buntu. Pasti ada pula yang memang sungguh terdesak dan jalanan menjadi solusi.

Aku jadi ingat anak-anakku. Kebanyakan dari mereka berada di jalanan bukan karena malas. Ada yang lari karena tidak diakui sebagai anak oleh orang tua. Ada yang orang tuanya terlalu miskin untuk menghidupi terlalu banyak anak. Beberapa sudah tidak punya orang tua. Mereka bekerja di jalanan agar tetap bisa makan. Syukur kalau masih bisa sekolah dari hasil ngamen. Aku kenal dua-tiga anak yang keluar dari sekolah dan ngamen untuk biaya sekolah adik-adik mereka. Jalanan menjadi solusi bagi orang-orang ini. Tetapi, semua fakta itu ternyata belum mempertobatkan persepsiku tentang hidup di jalanan.

KITA INI BANGSA YANG LUPA ATAU ABAI..?


Tragedi gempa bumi yang terus menerus mendera bangsa ini, ternyata tidak memberikan kesadaran untuk melakukan pembelajaran dalam penanganannya. Meskipun Obama, Presiden Amerika cukup teranga-terangan mengatakan bangsa ini bangsa yang kuat, tetapi tidak kuat dalam soal ingatan.
Persoalan-persoalan yang muncul dalam setiap kali terjadi tragedi kemanusiaan, seperti gempa, selalu saja tetap dan tak juga beranjak. Sebut saja, Wali Kota Padang, mengatakan sumbangan tersedia cukup banyak, tetapi terkendala dengan soal distribusi. Sementara pada kabar yang lain, tidak sedikit orang yang belum terjangkau bantuan sama sekali. Di sisi lain, pesawat berbadan lebar yang membawa bantuan pangan, kendaraan dan relawan justru tertahan tak bisa masuk ke Sumatra Barat.
Ironisnya, hampir seluruh institusi di negeri ini beramai-ramai membuka rekeningnya, menyodorkan alamatnya, untuk menerima bantuan langsung dari masyarakat. Bahkan salah satu stasiun TV ada yang melakukannya dengan program live-nya.
Kita menjadi khawatir, berbagai mobilisasi sumbangan dari masyarakat ternyata hanya dilakukan dengan gagasan-gagasan dan strategi pengumpulannya. Sementara manajemen distribusi tidak dipikirkan secara serius. Jika benar ini terjadi, sungguh para pengumpul sumbangan sedang melakukan pengabaian terhadap rasa kemanusian dan solidaritas sesama antar warga negara di negeri ini dan bahkan negara-negara asing lainnya.
Kenyataan ini menunjukkan betapa kapasitas pengelolaan gempa di Indonesia sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian cukup serius. Berbagai bantuan untuk melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia tidak menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan yang menggembirakan.
Kita pantas untuk mengakui diri sebagai bangsa yang abai terhadap persoalan-persoalan di negeri ini. Tentu tidak saja gempa tetapi juga soal korupsi, politik dagang sapi, dan fenomena sosial lain, yang terkadang membuat kita menjadi kehilangan kepercayaan terhadap kesungguhan penguasa di negeri ini menjalankan mandat rakyatnya.
Kita juga pantas untuk mengakui diri sebagai bangsa pelupadan beringatan pendek. Sehingga, pelajaran dari gempa di Tasikmalaya, tak juga bisa menjadi pegangan dalam menangani gempa di Sumatra Barat. Kita selalu gagap dan bahkan menunjukkan ketidakpastian. Sebut saja, soal teknis, pembongkaran reruntuhan diperkirakan membutuhkan tidak kurang dari 50 armada. Ternyata, setelah 3 hari guncangan gempa, baru hanya tersedia 20 armada.
Mengakui merupakan jalan penting untuk kita membenahi diri. Mengembangkan dengan penuh kesadaran, negeri ini, saat ini, sungguh-sungguh rawan gempa, banjir, longsor ancaman alam yang lain. Sungguh kita menantikan para penguasa yang memiliki sensitivitas terhadap persoalan seperti ini.

Selasa, 05 Januari 2010

FENOMENA ANAK JALANAN

"Jreng... jreng... 100 pak..."
"Plok... plok... cepek mas..."

Fenomena diatas sering kita jumpai di jalan-jalan... di perempatan jalan... di pemberhentian lampu lalu lintas. Kita sering menyebut mereka sebagai pengamen atau anak jalanan. Apakah sebenarnya definisi anak jalanan?

Menurut departemen sosial, seseorang akan dikatakan anak jalanan bila:

1. Berumur dibawah 18 tahun
2. Berada dijalan lebih dari 6 jam sehari, 6 hari seminggu

Apa yang kita lihat sekarang dijalan-jalan? Apakah sudah memenuhi kriteria sebagai anak jalanan?

Ada berapa type anak jalanan?
Anak-anak jalanan mempunyai type:

1. Anak jalanan yang masih memiliki dan tinggal dengan orang tua.
2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua.
3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.
4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga.

Mengapa mereka tetap menjadi anak jalanan?
Banyak penampungan, rumah singgah dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mengurus masalah anak jalanan, tapi anak-anak jalanan makin banyak dan malah berkembang semakin pesat. Yang sudah di sekolahkan malah keluar dari sekolahnya serta kembali menjadi pengamen dan peminta-minta. Menurut teori reinforcement: "sesuatu yang menyenangkan akan selalu diulang, sesuatu yang tidak menyenangkan akan dihindari". Mereka menganggap sekolah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan (punishment) dan dengan mengamen / meminta-minta di jalan adalah sesuatu yang menyenangkan (reward) karena akan mendapatkan banyak uang untuk bersenang-senang. Apalagi sekarang ini menjadi anak jalanan adalah sesuatu yang "TOP", mereka diundang dan dapat bersalaman dengan presiden pada hari kemerdekaan / hari anak-anak / hari khusus lainnya, itu adalah sesuatu reinforcement yang hebat.

Bagaimanakah anak-anak jalanan itu menurut teori psikoanalisis?
Menurut teori Sigmund Freud, manusia memiliki Id, Ego dan Superego. Id adalah keinginan / hasrat badaniah manusia, misalnya ingin makan, ingin minum, hasrat sex, dll. Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada diluar dirinya, mengatur kepribadian, tempat kedudukan intelegensi dan rasionalitas. Superego merupakan kode moral seseorang, yang memberikan larangan-larangan bila dianggap tidak benar. Manusia dianggap ideal bila memiliki Id, Ego dan Superego yang sama besar, yang seimbang. Anak-anak jalanan memiliki Id yang lebih besar dari pada Superego. Ini terbentuk karena tidak adanya didikan, sopan santun dan tata krama dari orang tua. Seorang anak akan dimarahi dan diperingati oleh orang tua mereka bila makan sambil jalan sehingga superego mereka akan terbentuk (bahwa makan sambil jalan itu adalah sesuatu yang tidak benar) tetapi seorang anak jalanan tidak pernah ada yang memperingati mereka bila mereka kencing sambil berjalan sekalipun.

Dulu sering kita melihat anak-anak jalanan mencoret mobil bila tidak diberi uang, kenapa mereka mempunyai keberanian seperti itu?
Menurut teori share responsibility, seseorang akan lebih berani melakukan sesuatu bila bersama-sama dengan kelompoknya. Seorang cewek tidak akan berani melakukan sesuatu bila ada cowok yang lewat, tapi bila dia berada didalam suatu kelompok, dia akan berani bersiul dan mungkin akan berseru: "Cowok... godain kita dong.." Bila seseorang berada didalam kelompok, rasa tanggung jawab, mereka pikul bersama-sama.

Bagaimana kita melihat fenomena anak jalanan sekarang ini? Bagaimana penanggulangannya? Apakah itu urusan pemerintah? Ataukah kita sebagai masyarakat juga ikut bertanggung jawab dalam masalah ini?

MEREKA BELUM MERDEKA




Bertahun-tahun penghelatan bangsa ini, namun anak jalanan tetap menjadi anak tiri negara. Padahal mereka juga anak bangsa yang punya kesempatan sama dengan anak-anak bangsa lain untuk mengenyam pendidikan layak, penghidupan yang layak serta memperoleh akses publik yang memadai dari pemerintah. Namun mereka yang selalu disebut dalam UUD 1945 sebagai fakir miskin atau anak-anak terlantar yang harus disantuni negara justru menjadi anak bangsa yang dilupakan negara. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik pada level nasional maupun level daerah, tidak pernah jelas tentang bagaimana program untuk menyelamatkan anak jalanan sebagai bagian dari aset bangsa. Inilah realitas parodi yang dipertotonkan dibangsa ini. Sebagian besar program pemerintah lebih mengedepankan sensasi ketimbang esensi. Akhirnya tak pernah ada solusi permanen untuk penyelesaian kondisi atau nasib anak jalanan. Gerakan sosial yang dilakukan oleh individu atau komunitas untuk membantu anak jalanan, saya pikir perlu direspon secara positif serta dibutuhkan dukungan dari semua pihak dalam bentuk apapun. Meminjam filosofi Cina : Berhentilah mengutuki kegelapan tapi mari menyalakan lilin.

MENGAPA MEREKA SELALU MENJADI KAMBING HITAM...?


Banyak "oknum" yang mengatas namakan Anak Jalanan.
Ada Copet ketangkep, mereka bilang orang tersebut adalah Anak Jalanan.
Ada Penodong di Traffic Light, mereka bilang itu ulah Anak Jalanan.
Ada orang mabuk-mabukan dan membuat keributan dijalan, mereka bilang "Anak Jalanan kerjaannya mabuk dan bikin onar saja".

Mengapa selalu Anak Jalanan yang di kambing hitamkan?
Apa mereka tidak tahu, tidak semua orang yg berada dan tinggal di jalanan itu adalah Anak Jalanan, tidak semua...

Anak Jalanan adalah seorang manusia yang jiwanya terpanggil untuk menjalani kehidupan dijalanan.
Anak Jalanan ada seorang manusia yang merasa jenuh menghadapi fana-nya dunia ini.
Anak Jalanan ada seorang manusia yang menginginkan kenyataan dalam hidup ini.

Itulah realita jalanan . .

ANAK JALANAN = ANAK TIRI BANGSA

Anak jalanan. permasalahan yang tidak pernah rampung di kerjakan oleh pemeritahan, pemerintahan seperti bergerak setengah-setengah, tidak ada langkah yang mengarah terhadap kemajuan anak jalanan itu sendiri, malahan sekarang ini di kota-kota di indonesia banyak yang sudah memberlakukan perda anti gepeng, melihat dari sudut pandang pemberdayaan. memang pada dasarnya anak-anak yang Jadi pengemis di Jalan yang sering disebut dengan anak Jalanan, sangat tidak mendidik, asumsi sederhana adanya perda tersebut, adalah untuk mengurangi tindak kriminal pada anak-anak, produktivitas dan penunjangan pendidikan. Namun teknis penerapan di lapangan itu jauh dari asumsi yang terbangun, pada kenyataannya perda tersebut tidak cocok dan tidak memihak.

Seandainya pemerintah kita, membuat perda sekaligus melounching sebuah program pemberdayaan yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah untuk jadi mitra, dan dievaluasi dengan maksimal serta ditunjang dengan program yang inovatif mencakup pendidikan, keterampilan, kesehatan, keagamaan dLL. tentunya kan menjadi sebuah program penyelamatan generasi penerus bangsa.

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berencana memasang papan imbauan kepada masyarakat agar tidak memberikan uang kepada anak jalanan di 16 titik perempatan jalan yang ada di Kota Yogyakarta.

"Tahun lalu sebenarnya imbauan agar tidak memberikan uang kepada anak jalanan sudah ada, tetapi baru dalam bentuk tulisan di spanduk, dan tahun ini diganti dengan papan permanen dengan tiang dari besi," kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Siwi Subekty Astuti di Yogyakarta, Senin

Menurut dia, alasan pemasangan papan imbauan untuk tidak memberikan uang kepada anak jalanan tersebut demi keselamatan anak jalanan itu sendiri. Sejatinya, pemberian uang adalah tindakan yang tidak mendidik.

Dengan adanya papan imbauan tersebut, masyarakat kemudian diharapkan untuk mengalihkan sumbangan ke lembaga-lembaga sosial yang ada.

Beberapa perempatan jalan yang akan dipasangi dengan papan imbauan tersebut di antaranya adalah perempatan Gondomanan di empat sudut, Pingit (empat sudut), Wirobrajan (dua sudut), SGM (dua sudut), Abu Bakar Ali (dua sudut), dan Pojok Benteng Kulon (dua sudut).

Siwi menyatakan, tidak semua sudut perempatan jalan dapat dipasangi papan imbauan karena ada beberapa titik perempatan yang sudah penuh dengan papan reklame atau terhalang rumah yang sudah menjorok ke jalan.

Papan imbauan tersebut rencananya akan divisualisasikan melalui gambar seorang ibu dalam mobil yang tengah memberikan uang kepada anak jalanan. Dalam gambar yang diambil dari foto asli kemudian dikaburkan itu juga akan dilengkapi dengan tulisan yang berbunyi "Peduli Tidak Sama dengan Memberi Uang. Salurkan Uang Receh Anda pada Organisasi Sosial dan Keagaaman. "Di dalam gambar juga akan ditambah dengan tanda silang merah, yang berarti bahwa tindakan itu seharusnya tidak dilakukan," katanya.

Siwi menyatakan, jumlah perempatan yang akan dipasangi papan imbauan akan bertambah dan akan dipikirkan mengenai sanksi kepada masyarakat apabila kedapatan memberikan uang kepada anak jalanan. "Kami akan mengundang pihak kecamatan untuk membahasnya. Persoalan anak jalanan ini akan coba ditangani melalui usaha berbasis masyarakat," ujar Siwi.

Menurut dia, dalam upaya menangani permasalahan anak jalanan berbasis masyarakat, telah digulirkan sejumlah dana, yaitu Rp 30 juta untuk tingkat Kota Yogyakarta dan total Rp 65 juta untuk 14 kecamatan. "Kami berharap tidak ada benturan dari masyarakat tentang penanganan anak jalanan ini sehingga program-program selanjutnya bisa dilakukan," katanya.

Dinsosnakertrans juga akan melakukan identifikasi masalah anak jalanan dengan melakukan kuisioner yang diharapkan dapat memberi gambaran kondisi yang dialami oleh anak jalanan sehari-hari. "Setelah proses identifikasi, baru kami bisa mengetahui cara penanganannya melalui upaya preventif selain semi represif," katanya.